Volatilitas Bitcoin Masih Tinggi Meski Sempat Menguat Pasca Keputusan Trump

Lustrasi Bitcoin. (Freepik)

Bagaimana Prospek Pasar Kripto Selanjutnya?

JAKARTA, Harga Bitcoin mengalami lonjakan hingga mencapai $87 ribu setelah sempat terkoreksi ke level $82 ribu pada Selasa (4/3/2025). Sepanjang pekan terakhir, Bitcoin bergerak dalam rentang $78 ribu hingga $94 ribu, mencerminkan volatilitas tinggi di pasar kripto. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan perdagangan dan inisiatif kripto yang dikeluarkan oleh pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.

Analis Kripto dari Reku, Fahmi Almuttaqin, menjelaskan bahwa volatilitas ini disebabkan oleh sejumlah faktor utama. “Pertama, kekhawatiran pasar terhadap dampak perang dagang, khususnya terkait inflasi dan tekanan ekonomi, masih cukup tinggi. Meskipun data inflasi PCE bulan Januari menunjukkan penurunan, sentimen negatif masih membayangi. Selain itu, kebijakan kripto AS yang lebih mendukung serta kejelasan mengenai komitmen pemerintah terhadap inovasi di industri kripto juga masih menjadi sorotan,” ungkap Fahmi.

Saat ini, indeks Fear & Greed menunjukkan level Extreme Fear, menandakan tingginya ketidakpastian di kalangan investor kripto.

Sebagai bagian dari upaya memberikan kepastian regulasi, Presiden Trump dijadwalkan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kripto pertama di Gedung Putih pada 7 Maret 2025. Pertemuan ini akan dihadiri oleh eksekutif dari berbagai perusahaan kripto ternama, seperti CEO Coinbase Brian Armstrong, pendiri Chainlink Labs Sergey Nazarov, CEO Exodus J.P. Richardson, serta Michael Saylor dari Strategy (sebelumnya MicroStrategy). CEO Robinhood, Vlad Tenev, juga dikabarkan akan hadir. Meskipun agenda resmi belum diumumkan, pertemuan ini diperkirakan akan membahas arah kebijakan kripto AS ke depan.

“Pertemuan ini berpotensi memberikan kepastian lebih terhadap berbagai spekulasi yang berkembang di pasar. Sejauh ini, inisiatif ini disambut positif oleh pasar, terlihat dari penguatan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya hari ini. Namun, investor masih menunggu hasil konkret dari pertemuan tersebut, terutama karena langkah-langkah Trump sejauh ini lebih banyak berfokus pada narasi pro-kripto tanpa kebijakan konkret,” tambah Fahmi.

Selain itu, potensi konflik kepentingan juga menjadi perhatian menjelang pertemuan ini. “Investor perlu mencermati apakah kebijakan yang dihasilkan akan bersifat inklusif atau justru menguntungkan segelintir elit industri,” jelasnya.

Dari perspektif teknikal, indikator Spent Output Profit Ratio (SOPR) untuk short-term holders yang turun di bawah 1 menunjukkan bahwa aksi jual baru-baru ini didominasi oleh investor yang menjual aset dengan kerugian. “Sebaliknya, long-term holders tampak lebih stabil, tidak menunjukkan aksi jual signifikan. Ini mengindikasikan bahwa fundamental pasar kripto masih cukup kuat meskipun volatilitas meningkat,” lanjut Fahmi.

Aliran dana ke ETF Bitcoin spot juga menjadi indikator pemulihan kepercayaan investor, terutama institusional. Sejak 10 Februari hingga 4 Maret, ETF Bitcoin spot hanya mencatat arus dana masuk positif dua kali, yakni pada 14 dan 28 Februari, menurut data dari Coinglass dan The Block.

Dengan fundamental pasar yang masih kuat, investor disarankan untuk menyesuaikan strategi investasi mereka sesuai dengan tujuan finansial masing-masing. “Bagi yang lebih berorientasi pada fundamental, mereka dapat berinvestasi di aset kripto berkapitalisasi besar. Misalnya, fitur Packs di Reku memungkinkan diversifikasi ke berbagai blue-chip kripto dalam satu transaksi. Sementara bagi trader yang ingin memanfaatkan fluktuasi harga, fitur Futures bisa menjadi pilihan, memungkinkan mereka untuk mengambil posisi long atau short dengan leverage hingga 25 kali,” pungkas Fahmi.