System Administrator Jadi Garda Depan Keberhasilan AI di Asia, Tapi Kerap Terlupakan

Matthew Hardman, Chief Technology Officer APAC, Hitachi Vantara

JAKARTA, Di tengah percepatan transformasi digital dan adopsi kecerdasan buatan (AI) di kawasan Asia, para system administrator justru memikul beban besar di balik layar. Meski peran mereka krusial, nama-nama di balik keberhasilan sistem jarang mendapat sorotan.

Berdasarkan riset terbaru Hitachi Vantara, 42 persen organisasi di Asia kini menganggap AI sebagai hal krusial bagi operasional. Namun, hanya 32 persen dari model AI yang memberikan hasil akurat secara konsisten. Salah satu penyebabnya adalah kualitas data yang tidak optimal — di mana hanya 30 persen data yang terstruktur.

“Teknologi AI memang menonjol, tapi keberhasilan implementasinya sangat tergantung pada infrastruktur dan orang-orang yang menjalankannya,” ujar Matthew Hardman, Chief Technology Officer APAC, Hitachi Vantara, dalam pernyataan tertulis.

Para system administrator, menurutnya, menjadi kunci agar AI benar-benar bisa bekerja di dunia nyata, yang penuh ketidakpastian dan risiko gangguan operasional.

“Sysadmin-lah yang menjaga keamanan, mengelola lonjakan data, dan memastikan sistem tetap stabil saat perusahaan beralih ke otomatisasi,” ujarnya.

Dengan tantangan seperti data tak terstruktur, sistem yang kompleks, dan kebutuhan uptime tinggi, tekanan terhadap tim TI dan admin sistem terus meningkat. Meski begitu, kontribusi mereka masih jarang diakui dalam strategi digital perusahaan.

“Di balik setiap kisah sukses AI, selalu ada kerja keras seorang system administrator,” tambah Hardman.

Riset ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pengembangan teknologi tidak lepas dari peran manusia. Transformasi digital bukan semata soal mesin, tetapi juga orang-orang yang membuatnya bekerja.*